CONTOH IBADAT MIDODARENI KATOLIK

 Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman budaya dan adat istiadat. Perbedaan budaya ini juga berpengaruh pada kehidupan masyarakatnya, baik dari segi makanan, pakaian, hingga prosesi pernikahan. Bagi orang-orang yang masih memegang teguh warisan leluhur, pernikahan sejatinya harus digelar dengan berbagai prosesi sakral.

link unduh Midodareni (Ibadat Katolik)

Unduh Disini

Salah satu adat yang sering digunakan ialah pernikahan dengan adat Jawa Tengah. Dalam hal ini, ada beberapa prosesi yang harus dilakukan oleh kedua mempelai sebelum melangsungkan akad nikah. Salah satunya ialah prosesi midodareni. Lantas, seperti apa pengertian dan susunan acara midodareni ? Popbela akan mengupas tuntas tentang fakta midodareni dalam artikel ini.

Pengertian midodareni

Kata midodareni berasal dari bahasa Jawa ‘widodari’ alias bidadari dalam bahasa Indonesia. Masyarakat Jawa tradisional percaya bahwa pada malam tersebut para bidadari dari kayangan akan turun ke bumi dan menyambangi kediaman calon pengantin perempuan. Konon, para bidadari ini akan memberi wahyu yang dapat menyempurnakan dan mempercantik pengantin perempuan.

Midodareni dilangsungkan pada malam hari, di mana calon pengantin laki-laki datang dan menghantarkan seserahan kepada calon pengantin perempuan. Pada malam midodareni ini, keluarga besar calon pengantin laki-laki berkunjung ke rumah calon pengantin perempuan untuk mempererat tali silaturahmi. 


Pada malam midodareni, calon mempelai perempuan hanya diperbolehkan berada di dalam kamar pengantin dan yang bisa melihatnya hanya saudara serta tamu perempuan saja. Bahkan, calon mempelai laki-laki dilarang melihat calon istrinya di malam tersebut. 

Susunan acara midodareni

Midodareni adalah malam yang cukup panjang bagi kedua calon pengantin. Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 6 sore sampai jam 12 tengah malam. Selama itu, calon pengantin nggak boleh tidur. Lalu, apa saja susunan acara yang sebenarnya di malam midodareni? Ini jawabannya.

1. Jonggolan

Acara pertama dalam proses midodareni adalah jonggolan. Dalam tahapan ini, calon mempelai laki-laki datang ke rumah calon mempelai perempuan untuk bertemu orangtuanya. Kedatangannya tersebut bertujuan untuk menunjukkan bahwa dirinya dalam keadaan sehat dan hatinya telah mantap untuk menikahi putri mereka.


Didampingi oleh perwakilan keluarga besar, calon mempelai laki-laki datang sembari membawa berbagai bingkisan yang bisa disebut sebagai seserahan. Bingkisan tersebut berisi barang keperluan sehari-hari. Uniknya, bingkisan tersebut harus dibawa dalam jumlah ganjil. Selama berada di rumah calon pengantin perempuan, calon pengantin laki-laki menunggu di beranda dan hanya disuguhi air putih oleh calon ibu mertuanya.

2. Tantingan

Setelah calon pengantin laki-laki datang dan menunjukkan kemantapan hatinya, kini saatnya calon mempelai perempuan ditanyakan kembali apakah sudah mantap menerima pinangan kekasihnya tersebut. Pada malam midodareni, calon mempelai perempuan sudah mulai menjalani masa pingitan sehingga nggak diizinkan keluar kamar selama waktu yang ditentukan.


Karena itulah, kedua orangtua akan mendatangi calon pengantin perempuan di dalam kamar dan menanyakan kemantapan hatinya untuk berumah tangga. Setelah itu, pengantin perempuan akan menyatakan ikhlas dan menyerahkan sepenuhnya kepada orangtua.

3. Penyerahan Catur Wedha

Catur Wedha adalah wejangan yang disampaikan oleh ayah dari calon pengantin perempuan kepada calon pengantin laki-laki. Catur Wedha berisi 4 pedoman hidup yang diharapkan bisa menjadi bekal untuk kedua calon pengantin dalam mengarungi hidup berumah tangga. Wejangan yang diberikan ini bermakna bahwa dalam menjalani pernikahan selalu ada aturan yang perlu diikuti demi menjaga keharmonisan rumah tangga ke depannya.

4. Wilujengan Majemukan

Usai pembacaan Catur Wedha, malam midodareni ditutup dengan wilujeng majemukan, yakni silaturahmi antara keluarga calon pengantin laki-laki dan perempuan untuk merelakan anak mereka membangun rumah tangga. Kemudian, keluarga calon mempelai perempuan menyerangkan angsul-angsulan atau oleh-oleh berupa makanan, kancing gelung atau pakaian, serta sebuah pusaka berbentuk dhuwung atau keris yang bermakna bahwa mempelai laki-laki diharapkan menjadi pelindung bagi keluarganya kelak.


Sumber : https://www.popbela.com/relationship/married/windari-subangkit/pengertian-dan-susunan-acara-midodareni/6