Air Terjun Kedung Kayang

 Air Terjun Kedung Kayang berada di alur Sungai Pabelan yang berasal dari Gunung Merbabu dan Gunung Merapi dengan ketinggian 39 m dengan posisi kemiringan tebing 80 derajat. Air mengalir sepanjang tahun dengan debit air rata –rata 60 liter/detik.

Air Terjun ini terletak di perbatasan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, ditengah jalan tembus Magelang – Boyolali, di jalur wisata SBB (Solo-Selo-Borobudur) tepatnya diantara Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang dan Desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali dengan jarak dari Kabupaten Magelang ± 30 km dan dari Kabupaten Boyolali ± 30 km.
Menunut cerita dibelakang Air Terjun terdapat Goa yang pada jaman dahulu sering digunakan Topo atau bersemedi oleh orang-orang yang mempunyai kepentingan khusus untuk meminta petunjuk dari yang Maha Kuasa. Goa dengan lebar ± 2 m dan tinggi ± 2,5 m dengan panjang tak terbatas (tidak diketahui) karena tidak ada ujungnya. Bila ada yang mau masuk ke dalam Goa tersebut harus masuk dulu di kedung kemudian naik sekitar 1,5m di belakang terjunan air.

Terdapat legenda yang menceritakan Air Terjun Kedung Kayang memiliki keunikan dan keanehan tersendiri, yaitu bila di bulan Suro (Muhharom) pada malam Jum’at Kliwon sering terdengar suara/alunan Gamelan Jawa dan pada hari Kamis Wage semua kera-kera yang ada di sekitar Kedung Kayang berkumpul di atas air terjun tersebut. Dan masih banyak keajaiban yang lain yang sering ditemui oleh masyarakat setempat maupun pengunjung yang berada di Kedung Kayang. Nama Kedung Kayang diperoleh dari para empu yang berada di sekitar tempat tersebut, yaitu Empu Panggung, Empu Putut dan Empu Khalik yang sering mengadakan pertemuan di lokasi tersebut guna  adu kesaktian yang berupa Tanding Balang (Adu Lempar) yang dilaksanakan pada bulan Suro (Muhharom). Intinya Siapa yang bisa Balang Kedung itu dengan telur angsa (melempar Kedung dengan telur angsa) dan telur masih utuh bila sampai di kedung maka dialah pemenangnya. Ternyata telur dari ketiga empu tersebut pecah setelah masuk di kedung, namun anyangannya (cengkarang) telur itu tidak ada di dalam kedung tersebut atau hilang tanpa bekas. Akhirnya para empu tersebut sepakat untuk memberikan nama kedung tersebut dengan nama “Kedung Kayang”. Selanjutnya pecahan dari telur itu oleh Kyai Gadung Melati dan Nyai Widari Welas Asih (penunggu kedung) ditimbulkan berupa mata air yaitu Telur Empu Putut jadi mata air yang keluar dari batu di tengah tebing bagian utara, Telur Empu Panggung jadi mata air yang keluar disebelah timur air terjun dan Telur Empu Khalik menjadi mata air yang keluar disebelah barat air terjun. Mata air yang ada di sekitar air terjun itu ada yang bernama Mata Air Penguripan yang biasa dimanfaatkan oleh orang-orang untuk berbagai keperluan dan tujuan.   Ada juga yang dinamakan Mata Air Kinasihan yang juga dipercaya bermanfaat besar bagi yang memerlukan.

Menurut para empu Sungai Pabelan memberikan barokah kepada masyarakat sekitar sungai walau air sungai sebagian besar berasal dari Gunung Merbabu dan sebagian dari Gunung Merapi, tetapi dipercayai tidak akan mengalirkan lahar panas dari kedua Gunung tersebut.

Aliran air Kedung Kayang yang terlihat sangat indah dengan dikelilingi bebatuan yang telah ditumbuhi rerumputan hijau yang membuat warnanya semakin cantik. Warna hijau tumbuhan, abu – abu, dan hitam bebatuan serta beningnya air yang mengalir pun menjadi perpaduan yang elok. Mencoba mandi di bawah Air Terjun Kedung Kayang sangatlah nikmat karena terasa dingin nan segar tetapi Anda harus berhati-hati bila turun ke air terjun pada waktu mendung/hujan. Semua dapat Anda dapatkan dengan berwisata di Air Terjun Kedung Kayang dengan hanya membayar retribusi sebesar Rp. 4.500,- termasuk asuransi.
Terdapat pula Desa Wisata yang menyuguhkan kehidupan asri pedesaan yang dapat menjadi alternatif setelah Anda menikmati Air Terjun Kedung Kayang dengan menghubungi Bapak Cokro Dirjo, Kelompok Pengelola Kedung Kayang.